November 02, 2016

[FF] JEJAK KEHANGATANMU

Rasanya menyebalkan ketika rasa menggebu untuk bertemu dengannya hanya sebatas angan. Aku kira waktu tak akan pernah memberiku kesempatan untuk bertemu dengannya.

Untuk kesekian kalinya kulihat layar ponselku, tetap sama, tak ada pesan balasan darinya. Harapan kosong, pikirku. Aku bergegas meninggalkan halte.

Ketika akan menaiki bus yang berhenti di depanku, seseorang meraih tanganku, menarikku kembali ke halte. Seseorang yang sedari tadi kutunggu kedatangannya.
“Maaf, ponselku off.” Seseorang itu menjelaskan.
“Bay! Aku udah kayak orang hilang tau gak sih?” cetusku.
“Iya, kan udah minta maaf. Makan dulu yuk?” jawabnya santai. Lagi-lagi seseorang yang kupanggil Bay itu menarik tanganku. Aku mengekor.
***
Hal sekecil apa pun, ketika itu kulewati denganmu, semua terasa spesial, meski hanya dalam hitungan detik. Bisikku dalam hati.

Sore ini nyatanya aku kembali bertemu dengan Bay. Membawa sekotak rasa yang tak akan pernah kadaluarsa. Kali ini nyatanya aku bersahabat dengan waktu. Aku berkesempatan untuk pulang kampung bersamanya, meski ini jadi kesempatan pertama dan mungkin akan jadi kesempatan yang terakhir.

Gerimis masih menguasai Semarang ketika aku dan dia kembali menyambangi halte. Tempat duduknya basah, kita hanya berdiri di tepian halte. Aku memperhatikannya ketika pandangannya mengedar ke langit-langit.

“Suka gerimis, Bay?” Tanyaku memulai percakapan. Bay tipe cowok yang cuek, hanya akan bersuara ketika ditanya.
“Suka.” katamu tersenyum. Senyum yang mempunyai banyak arti yang tak aku mengerti.
***
Aku suka ketika Bay menyatukan jemarinya di sela jemariku, berlarian mengejar bus jurusan Salatiga yang berhenti melewati kami.
Aku duduk di dekat jendela yang berembun.
“Tiup jendelanya,” bisiknya memecah lamunanku.
Aku menurutinya, “bwuh!” udara dari mulutku membekas. Bay menggambar sesuatu di jendela itu.
“Love?” tanyaku menyelidik. Bay hanya tersenyum, senyum yang mempunyai banyak arti yang tak aku mengerti.

Kunikmati wajah teduh Bay yang tertidur di pundakku. Sesekali kuedarkan pandanganku pada luar jendela yang kubuka, kutengadahkan tanganku untuk sekedar menikmati rintik. Aku juga suka gerimis, terlebih ketika kunikmati dengan Bay.
Bay terbangun ketika angin membawa rintik memercik di wajahnya.

“Maaf, bikin kamu bangun,” kataku lirih. Bay tak menanggapi, dia hanya kembali menutup jendela yang tadi aku buka.
            
Bay membuka jaket ala Korea-nya, dikenakannya pada tubuhku. Tak ada satu kata pun keluar dari bibirnya. Dia kembali tidur di pundakku.   

Aku suka, Bay memberikan kehangatannya untukku ketika jelas-jelas dia sendiri membutuhkan kehangatan itu.

Kita berpisah karena jarak. Dan waktu yang akan kembali mempertemukan kita. Jaket ala Korea-nya akan menjadi pengobat rindu, menjadi penghangat di setiap dingin yang menyapaku, ketika dia tak lagi ada.

 Isnani Qistiyah


3G FM Gado Goda Rasa
Penerbit   : PEDAS Publishing
Cetakan I : Juni 2014
ISBN   : 978-602-70646-0-7

Tidak ada komentar: