![]() |
Foto oleh Fernando Cabral dari Pexels |
Aku terbangun dari mimpi-mimpi yang entah. Mimpi-mimpi itu seperti memperjelas dugaanku belakangan ini. Aku merasa Bapak akan mati dalam waktu dekat. Bayangan kematian Bapak semakin nampak nyata kala Ibu tiba-tiba saja menghubungiku melalui pesan singkat. Ibu memintaku mengirim sejumlah uang untuk pengobatan Bapak. Belasan tahun sudah, aku meninggalkan rumah dan memilih tinggal sendirian di sebuah kosan. Selama itu pula komunikasiku dengan Bapak dan Ibu hampir tidak pernah. Kini aku mendadak dibebani dengan sejumlah nominal rupiah yang tidak sedikit. Bahkan, sebenarnya aku kerap lupa kalau aku memiliki keluarga yang masih utuh. Bapak, Ibu, dan Rena, adik perempuanku yang kini duduk di bangku ‘putih abu-abu’. Kalau saja Rena tak menanyakan kabarku meski hanya sesekali, mungkin ingatanku tentang keluarga ini benar-benar tak bersisa.