Aku lelah menunggumu datang padaku dan memberikan kejutan yang telah kamu janjikan. Rasa penasaranku juga tak seutuh dulu. Aku sudah dapat menyimpulkan kalau kabar kematianmu akibat penyakit jantung yang kamu rasakan kala itu adalah kejutan yang ingin kamu berikan untukku.
Hujan selalu sukses membangkitkan memoriku tentang kamu. Kamu yang selalu hadir dengan tiba-tiba ketika aku tengah menikmati secangkir susu cokelat di bawah payung jumbo yang biasa aku tempati di kantin kampus.
Sebelumnya, aku tak pernah mengira akan mengenalmu sedekat ini. Mengingat aku hanyalah perempuan cupu yang tak pernah terlihat berjalan dengan teman yang lain, sedangkan kamu adalah asisten dosen yang seumuran denganku yang banyak digandrungi mahasiswi-mahasiswi yang kamu didik.
Di sini, di bawah payung jumbo ini menjadi awal perkenalan kita. Pasalnya, saat itu sedang hujan, semua tempat penuh oleh anak-anak yang sedang makan siang atau sekedar berteduh. Memang hanya tempatku yang terlihat kosong. Kamu menghampiriku, meminta izin agar aku memperbolehkanmu duduk denganku. Aku mengiyakan.
Semenjak itu, kita semakin dekat. Aku senang meskipun banyak mata-mata yang menatapku dengan tatapan sinis. Aku tak peduli, karena sekarang aku menemukan tempat untuk bertukar pikiran atau sekedar berbagi cerita. Aku hanya ingin mempertahankan apa yang aku punya sekarang, apa yang aku dapat setelah beberapa semester lalu tak ada yang menjadi sepertimu.
***
“Aku ingin memberimu sesuatu,” katamu sembari menatapku.
“Apa?”
“Sebuah kejutan. Tunggu saja sampai besok. Kita ketemu di tempat ini, ya, di bawah payung jumbo yang telah mempertemukan kita,” kemudian kamu berlalu tanpa mempedulikan rasa penasaranku.
Sampai detik ini ...
2014, Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar