Mungkin waktu.
Bisa juga jarak.
Jarak dan waktu terkadang membuatku khawatir. Keduanya mampu mengubah apa pun, (mungkin) termasuk hubungan kita. Seperti detik ini, ketika sesuatu tiba-tiba menghantam kesadaranku. Ada yang beda dengan kita. Semoga hanya perasaanku saja dan kamu biarlah tetap sama seperti dulu.
"Apa kabar?"
Apa kabar adalah dua kata yang terbaca aneh bin wagu olehku. Sejak kapan pertanyaan macem begitu ada di antara kita? Terlalu formal. Biasanya juga, "Masih napas? Masih hidup? Masih nginjek tanah, kan? Masih di dunia atau udah pindah?"
Waktu. Rasanya seperti berabad-abad tahun kita nggak ngopi bareng, nggak ngobrol absurd bareng, nggak baper bareng, padahal kita baru ketemu 5 bulan yang lalu (5 bulan itu lama banget tau!). Pertemuan yang absurd memang. Kita melepas rindu di babershop. Kurang absurd apa coba dari Jakarta ke Semarang, kamu cuma pingin ditemenin potong rambut? Makan siang aja nggak sempet dan aku udah harus nganterin kamu ke stasiun. Bener-bener keterlaluan.
Kemudian jarak.
Begitulah kita. Ada kikuk ketika aku harus melepasmu balik ke tempat perantauan. Hening yang tak biasa darimu. Kemana kekonyolan beserta absurdnya kita? Aku nggak tau. Kita kenapa? Semoga tidak ada baper yang berlebih di antara kita. Hahaha
Kalo boleh jujur, ada sedih yang menyergap. Aku hampir lupa, selain kamu, aku nggak ada temen ngopi, nggak ada temen buat sekadar ngabisin bensin, nggak ada telinga yang nampung cerita-ceritaku lagi. Obrolan kita di telepon nggak bisa selama seperti kita ngobrol duduk di teras sambil menikmati senja yang merona, atau duduk di depan TV, sambil ngopi, sambil ngabisin mi instan sepiring berdua (kalo pas miskinnya bebarengan). Nggak bisa selama dan selepas itu.
Lalu aku menyadari, mungkin kita memasuki masa yang berbeda, masa di mana cukup dengan doa saja rindu bisa sedikit terobati. Semoga kita tetap menjadi teman rusuh yang saling memotivasi dan saling membully.
Genuk, Oktober 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar