Mei 09, 2018

PERTUNJUKKAN 'MBOHLAH' dan NAMA SESEORANG


dok. pribadi: pertunjukkan puisi "MBOHLAH"

Rokokku tinggal sebatang
Aku masih tersenyum ...
           Rokokku Tinggal Sebatang - Slamet Unggul

Aku masih saja terngiang puisi dari penyair Semarang yang dilagukan itu. Pertunjukkan puisi bertajuk “MBOHLAH” yang sampai kini masih menyisakan decak kagum. Kalo boleh jujur, sepanjang ingatanku menonton pertunjukkan puisi, baru kali ini aku bener-bener menikmati. Tanpa perasaan khawatir jarum jam menunjuk pukul berapa [biasa jam malam anak rumahan~ HAHA, tetep!

Tak hentinya riuh tepuk tangan dari para penonton menggema di udara. Selepas acara itu, mataku mencari-cari, sebab tujuan awal dateng ke pertunjukkan kali ini adalah buat ketemu sama beberapa orang.  Percaya diri aja beliau-beliau yang pingin kutemui ini pasti dateng di acara tersebut. Bonusnya adalah dua buku kumpulan puisi masuk dalam tas. Gratis! Begitulah sekiranya keegoisan manusia, bergerak di atas sebuah kepentingan. Maafkan...

Kepada orang pertama berhasil kutemui, bersalaman, sedikit berbasa-basi, lalu selesai. Info yang kucari sudah kudapat. Kepada orang kedua, nyaliku menciut. Beliau duduk di tepian tangga yang di depannya terdapat rentetan motor terpakir. Kelu sekali lidahku buat sekadar menyapa kemudian memperkenalkan diri, sebab beliau tengah berbincang dengan para penyair. Lalu apa? Aku mutusin buat balik rumah aja karena waktu masih saja berputar. Dengan hati yang gelo. Dengan kaki yang lesu menuju motor.

Sekelibat kemudian tak menghiraukan perasaan itu ketika pandanganku mendapati seorang lelaki yang ... kayak kenal. temen kampus bukan, ya. eh, siapa ya. eh, iya nggak sih. Dan nggak kejawab juga dia siapa. Mau nyapa dihadang sama perasaan ragu-ragu. Sepanjang perjalanan, ingatanku terus memaksa buat mengingat lelaki itu. Ya, aku ini pelupa dan gampang penasaran. Kayak kalo lupa sama nama barang, selama nama itu belum ketemu, rasa-rasanya seperti dikejar rasa penasaran.

Yang kuinget, dia itu temen kampus, beda jurusan. Yakin deh. Mukanya nggak asing. Mau nggak inget-inget, mukanya tuh ngebayangin terus. Seriusan, sama sekali nggak inget namanya. Kemudian, demi lelap tidurku biar nggak dihantui rasa penasaran, akhirnya buka medsos. Dan ... direct message nambah satu. Hei, ternyata tadi kamu, aku ragu buat nyapa kamu. Masih ingatkah? Tuh kannn, beneran anak jurusan sebelah. Tapi, ngebaca nama akunnya tuh asing. Atau memang begini kalo jadi pelupa? Deuhhh, maaf ya.

Sampai detik ini, ketika namanya udah dia sebutin, masih aja merasa asing. Beneran itu nama aslinya? Atau ada nama panggilan lain yang bikin aku nggak asing gitu? Oh, maafkan si pelupa ini.


Tidak ada komentar: