![]() |
Foto: milik pribadi |
"Buat pilihan yang paling bermanfaat untuk jangka pendek dan jadi batu pijakan ke depan. But, first at all, write your goal you want achieve in the last of this year. All is the choices, that send into your face. You have to choose and take the risk of your choice. Its life, Dear. Dan yang kita butuhkan adalah guts... bravery... Keberanian to make a decision to our live. All is on your hand." - pesan wassap ini disponsori oleh seorang kawan ketika aku lagi dramak-dramaknya.
Yeah, apakah cuma aku yang seringkali ngadepin pilihan-pilihan hidup yang datengnya selalu dadakan dan bebarengan? Kemudian kelimpungan, bertanya-tanya, kenapa? Kenapa deh? Kenapa sih? Kenapa harus rame-rame gitu? Terus kesel sendiri karena pilihan yang dateng sama-sama apa yang lagi kamu butuhin.
Menimbang-nimbang, musti pilih yang mana nih? Kalo pilih ini, sayang banget kalo kesempatan itu aku lepas. Kalo pilih yang itu, kesempatan yang ini nggak tau lagi bakal ada lagi atau enggak. Kalo nggak pilih keduanya, bego banget ngelewatin kesempatan gitu aja. Kalo dua-duanya kuambil, jadwalnya nabrak. Hmmm, pada akhirnya, karena sejatinya manusia adalah makhluk yang nggak pernah merasa puas, makhluk yang rakus, ini pembelaan sih, jadi semua kesempatan itu sebisa mungkin harus aku dapetin! Akhirnya, setelah mikir siang dan malam, nyari strategi biar dapetin semuanya, muncul aja tuh ide. Aku beraniin diri tuh buat mantepin pilih dua-duanya dengan segala resiko yang ada. Lega kannn.
Tapi ternyata, beberapa hari kemudian, semua ide dan strategi itu nggak sejalan dengan apa yang aku harepin. Kenyataan yang jauh dari ekspektasiku. Barangkali memang aku yang terlalu percaya diri, aku yang ketinggian punya mimpi, atau memang lagi nggak jodoh sama takdir. Justru semuanya terlepas, apa yang jadi pilihanku nggak ada yang berhasil aku dapetin. Nyesek? Jelas! Beruntungnya, aku bukan tipe yang terlalu mendramatisir keadaan gitu, kadang-kadang doang, ding. Jadi, habis terima wassap dari seorang kawanku di atas itu, semua membaik, meski pun masih ada pait-paitnya.
Iyap, apa yang udah jadi pilihanku memang kesemuanya beresiko. Termasuk rasa pait setelah kenyataan itu ada, resiko dari naruh ekspektasi yang ketinggian, dari rasa percaya diri yang nggak ukuran. 😞
Merenung ... merenung ... merenung dan berpikir ... apa yang salah? Di mana letak keliruku? Dan, akhirnya yang bisa nyembuhin segala rasa pait itu adalah kedewasaan buat nerima dengan lapang dada dan tetep berbaik sangka sama Gusti Allah.
Hidup barangkali isinya permainan doang, yang bikin perasaan bergejolak nggak keruan. Sedih-seneng. Duka-bahagia. Bla, bla, bla! Dan, maukah kamu tau? Barusan aku speechless, habis ngetik paragraf sebelum ini, kutinggal bikin kopi, balik lagi, entah kenapa kepikiran buat buka e-mail, kemudian takjub!
Hai, Adinda Neni, perkenalkan saya bla, bla, bla pendiri bla, bla, bla, dan apabila kamu menerima email ini artinya: Selamat! Kamu lolos menjadi bla, bla, bla 2018.Hah?
Its life, Dear! All is on your hand! Lewat campur tangan Gusti Allah kupercaya. Rasanya nggak asik kalo kamu belum ngalamin dilematik semacam ini selama hidup! You have to choose and take the risk of your choice. Aku nggak nyangka sama resikoku kali ini.
Yuklah, jangan takut buat milih,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar