Malam ketika bintang dengan bangga
mempersembahkan sinarnya untuk para kaum jomblo. Aku duduk di teras rumah
dengan secangkir teh hangat. Aku tidak sendiri, aku ditemani semesta ciptaan
Allah dan tulang rusukku yang entah sedang berada di bumi belahan mana
sekarang. Menyimpan rindu yang selalu candu. Halah, lagi-lagi mengkhayal.
Kalian tau apa yang membuat para
kaum jomblo galau di Sabtu malam? Bukan. Bukan karena mereka tidak memiliki
pasangan lantas merasa kesepian. Sebenarnya mereka punya pilihan kok untuk melenyapkan kesendirian
mereka. Salah satunya dengan cara memilih mencari teman untuk mengobrol. Tapi,
terkadang mereka memilih pasangan yang salah untuk teman mengobrol. Meskipun
salah, mereka tetap melakukannya sampai menjadikannya hobi. Seperti aku ini,
pasanganku setiap Sabtu malam adalah pohon mangga di depan teras rumah. Aku
menceritakan apa saja yang aku lewati satu minggu ini. Tentang teman-temanku,
kuliahku, naskahku yang tidak kunjung selesai, dan sesekali bercerita tentang
makhluk yang bernama laki-laki.
Ah, laki-laki. Teman-temanku
bilang, aku ini perempuan yang tidak mengenal laki-laki. Terlalu pemilih kalau
untuk mengenal laki-laki. Padahal, menurutku untuk mengenal laki-laki apalagi
untuk tujuan menjadikannya pasangan hidup, bukankah perempuan memang harus jadi
pemilih?
Banyak laki-laki yang datang
menyatakan cintanya padaku. Banyak laki-laki yang datang membanggakan
kekayaannya di depanku. Banyak juga laki-laki yang datang dengan kepedeannya karena merasa ganteng. Tapi,
apalah arti semua itu jika akhlak dan keimanannya sama sekali tidak menunjukkan
kecintaannya kepada Sang Pencipta, Sang Pemberi rasa?
Aku perempuan pemilih yang
berprinsip. Jombloku saat ini bukan lantaran aku memasang kriteria tinggi untuk
pasangan hidupku. Aku hanya khawatir, mereka yang mendekatiku hanya akan
membuat keimananku yang masih labil semakin merosot. Membuatku membuang-buang
waktu hanya untuk melayani mereka yang semata hanya mencari kenikmatan dunia,
sedangkan aku sangat mendambakan kenikmatan yang tersuguh di surga.
Memilih pasangan hidup tidak melulu
tentang rasa cinta, kekayaan, dan paras. Dalam setiap doaku, aku selalu meminta
kepada Allah tentang pasangan hidupku nanti.
Dear: Sang Pemberi Rasa, Allah
Ya Allah, aku tau, aku hanyalah
hamba-Mu yang jauh dari kata sempurna, karena pada dasarnya memang tidak ada
manusia yang Kau ciptakan dengan sempurna. Aku juga tau, aku hanyalah hamba-Mu
yang hanya bisa merengek meminta ini dan itu. Tapi ya Allah, dengan segala
kerendahan diriku, permintaanku yang mengenai jodoh, tolong kabulkanlah. Aku
hanya minta laki-laki yang mencintaiku karena-Mu ya Allah, laki-laki yang bisa
menjadikanku bertakwa kepada-Mu, meningkatkan keimananku, laki-laki yang adil
dan beradab. Ya Allah, bukan aku tidak menginginkan laki-laki yang kaya raya,
yang ganteng, yang mencintaiku setulus hati. Aku punya alasan kok. Hmm, karena aku tau, yang kaya bisa
Engkau jadikan miskin karena di kehidupan ini semua mempunyai titik balik. Yang
ganteng bisa Engkau jadikan keriput karena ada masa di mana kegantengan akan
memudar, dan yang mencintaiku setulus hati tetapi bukan lantaran karena-Mu,
cintanya tidak akan suci. Ya Allah, aku percaya kasih-Mu. Engkau Sang Pemberi
segala rasa, pertemukanlah aku dengan laki-laki yang pekerja keras, yang mencintai-Mu,
karena hanya dengan itu aku tau, Engkau akan melancarkan kehidupanku dari
segala aspek. Please ya Allah, dengan
maksud tidak memaksa, kirimkanlah tulang rusuk yang shalih untukku. Ya Allah, aku
akan menunggu kiriman-Mu, tapi please jangan lama-lama. Aamiin.
Bintang semakin terlihat nyata
ketika malam terasa semakin pekat. Kalian tau apa yang aku lihat di
langit-langit? Allah telah mengirimkan laki-laki yang sesuai dengan pesananku.
Dengan niat karena Allah, laki-laki itu dengan gagah menemui ke dua orang
tuaku, mengungkapkan keinginannya untuk menjadikanku sebagai pasangan hidupnya.
Dan kami berbahagia. Halah, lagi-lagi mengkhayal.
Semoga menjadi nyata ...
JOMBLO ISTIQOMAH
Penerbit : PING!!!
Cetakan I : April 2014
Kategori : Non-Fiksi, Islam, Motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar