Agustus 15, 2017

SETIAP KITA ADALAH PRIBADI YANG BAIK


Aku mengingat hari itu dengan baik. Kejadian tak terduga yang cukup memberi dampak untuk -setidaknya- diriku sendiri.
Aku adalah kesalahan di mata mereka. Kesalahan fatal dan memalukan.
Aku adalah pribadi yang tidak tau diri.
Pribadi yang belum cukup pintar untuk sekadar menyampaikan rasa terimakasih.
Aku adalah makhluk paling egois.
Makhluk yang belum begitu paham perihal sebab-akibat dan timbal-balik.

 
Aku dimaki. Mukaku ditunjuk-tunjuk. Diteriaki. Direndahkan. Dianggap gila. Kemudian .... Blash! Dienyahkan. Ditiadakan dengan cara yang anggun oleh pihak lainnya.


Aku menangis. Sesegukan. Bukan merasa kalah, bukan juga karena membenarkan yang dituduhkan di atas kepadaku. Aku hanya merasa sedang bercermin. Bertanya-tanya kepada diri sendiri mengapa hal semacam itu bisa terjadi, mengapa tuduhan-tuduhan semacam itu sampai terlontar di hadapanku.


Selanjutnya aku bertanya kepada Tuhan. Apakah Ia sedang memberikan kebaikan padaku? Barangkali apa yang terjadi hari itu adalah suatu... ah, apalah sebutan yang cocok untuk itu.


Karma?


Barangkali disuatu waktu yang telah terlewat, aku pernah melakukan hal yang sama. Maksudku, memperlakukan seseorang seperti itu. Tapi seingatku, aku tak pernah menunjuk-nunjuk muka orang. Meneriaki. Mencaci. Ah, Tuhan, ini cukup menyentilku. Atau aku tanpa sadar pernah melukai perasaan orang lain yang dampaknya sama sesakit ini? Kemudian, demi mengubahku menjadi pribadi yang baik, Kau mengingatkanku dengan kejadian semacam itu.

Bilapun semua itu benar, betapa memalukannya aku. Aku minta maaf dan berterimakasih.


Aku mengingat hari itu dengan baik. Aku tak membenci pihak-pihak itu. Aku berterima kasih. Aku menerima. Aku tak menganggap mereka jahat. Sebab, ketika hari dimana aku benar-benar enyah dari sana, mereka memelukku, menghantarkan doa-doa baik untukku.


Dan, benar. Setiap kita adalah pribadi yang baik. Mereka membuktikan kepadaku. Hanya saja ketika dihadapkan dengan sesuatu yang dirasa mendesak, sisi-sisi buruk dari mereka -bisa jadi termasuk aku- mencuat begitu saja. Tanpa saringan.





Agustus 2017
Sedang menertawakan diri sendiri.

Tidak ada komentar: